Selasa, 26 Mei 2009

Judul Buku : 8 Cara Mengatasi Anak Nakal

Pengarang : Dr. Scott Turansky dan Joanne Miller,RN, BSN

Halaman buku : 237 halaman

Tahun terbit : 2005

Bab 1

Menegakkan Kepatuhan Tanpa Berteriak

Danny! Ayo berhenti memukul kakakmu.” Marlene memandang dengan marah melalui kaca spion dan mencengkeram kemudi. Keributan dan pertengkaran disepanjang jalan ini cukup membuatnya pusing tujuh keliling. Pada saat memasuki halaman rumah,Marlene berkata, “Masing-masing membawa satu kantong.”

“Tapi,Bu,”protes Jenifer,”aku mau ke kamar mandi.” Sedangkan Danny,langsung melompat dari mobil dan pergi. Ketika disekolah Danny, marlene melihat aktivitas di kelas Danny. Anak-anak terlihat riang gembira, dan dengan lembut Bu Fithian berinteraksi dengan anak-anak sementara mereka merapikan ruang kelas.

Bu Fithian meminta Danny menyimpan puzzle di tempatnya. Tanpa protes dan mengeluh, ia mengambil puzzle itu, dan memasukkan ke dalam kotak. Marlene terheran-heran karena Danny patuh jauh lebih cepat ketimbang di rumah.

Marlene pun menemui Bu Fithian dan menanyakan hal tersebut. Apa anak-anak selalu patuh kepada Anda seperti itu? Bu Fithian tersenyum. “Tidak bisa seperti itu. Mereka perlu beberapa minggu untuk memahami maksud saya, dan jika mereka tidak menanggapi, ada konsekuensinya. Saya menggunakan batas tindakan yang sangat ketat.

Batas tindakan adalah saat saya berhenti bicara dan mulai bertindak. “Banyak orang tua frustasi pada ketidakpatuhan anak-anak, tapi sebenarnya para orang tualah yang mengajarkan anaknya untuk tidak mematuhi perintah dengan cepat. Batas tindakan yang ketat adalah sarana yang saya pakai dalam mengajar anak-anak untuk patuh.”

“Dengan memberi Danny kesempatan beberapa kali, Anda telah mengajarkan padanya bahwa ia tidak harus patuh pada kesempatan pertama. Kita harus bersungguh-sungguh dengan apa yang kita katakan.

Menggunakan Alat Bantu 1: Batas Tindakan Yang Ketat

Mengajarkan Kepatuhan Dengan Cepat

Batas Tindakan yang ketat mengajarkan nilai-nilai kepatuhan. Jika anak mau belajar patuh, mereka sedang mengembangkan nilai-nilai penting yang akan dibawanya hingga dewasa. Kepatuhan mengajarkan tanggung jawab, kepekaan kepada orang lain, dan kerja sama. Tiga sifat ini akan memperkuat anak-anak serta menyiapkan mereka di masa dewasa nanti. Orang tua dapat mengajarkan kepatuhan dengan berbagai cara, tapi salah satunya dengan menerapkan Batas Tindakan yang ketat.

Seberapa sering Anda menyuruh anak bersiap tidur dan kemudian harus mengatakannya lagi dan lagi sebelum ia mulai beranjak? Atau Anda menyuruh anak Anda merapikan mainan dan 10 menit kemudian melihat semuanya masih berantakan? Berapa lama yang diperlukan sehingga anak remaja Anda mau meletakkan gagang telepon atau memotong rumput?

Kita mudak terjerumus dalm sikap memaksakan cara tertentu saat berhubungan dengan anak-anak Anda, meskipun cara seperti itu bisa menimbulkan persoalan. Mengembangkan sikap tanggap anak-anak sering memerlukan penyesuaian Anda sebelum membuat perubahan yang positif. Ada enam langkah dalam Batas Tindakan yaitu:

Langkah 1: Tunjukkan tanda-tanda yang biasa Anda pakai untuk mengatakan kepada anak-anak, “Inilah Saatnya Patuh”.

Cara Anda berhubungan dengan anak Anda sering mirip dengan apa yang Anda katakana. Anda bisa menyuruh anak pergi tidur seperti kewajiban dalam daftar tugas atau dengan penuh kasih sayang. Tindakan yang diambil dannada bicara juga menyampaikan suatu pesan.

Tanda-tanda ini menunjukkan sesuatu kepada anak-anak tentang Batas Tindakan Anda, suatu titik ketika Anda berhenti berbicara dan mulai bertindak, suatu titik ketika anak-anak tahu bahwa Anda serius. Berilah mereka tanda-tanda verbal dan nonverbal yang menunjukkan apa yang sebenarnya Anda pikirkan dan maksudkan. Mungkin dengan menaikkan nada atau volume suara, maupun memanggil nama lemgkap anak.

Hal penting dalam suatu Batas tindakan adalah membantu anak-anak memahami bahwa mereka harus patuh, dan mereka tahu bahwa mereka tidak harus patuh sampai nanti. Lebih lanjut lagi, setiap orang yang mendisiplinkan anak-anak punya Batas Tindakan ynag berbeda peraturannya akan sedikit berbeda ketika berada di dalam kelas, di taman bermain, atau di rumah. Itulah alasan mengapa ketika ayah menyuruhnya, si anak mau langsung mengerjakan, tapi dengan sang ibu, anak yang sama tidak menanggapi dengan cepat. Anak-anak juga sering memanfaatkan pengasuh yang sering tak punya batas tindakan.

Renungkan bagaimana hal itu terbentuk dalam keluarga anda. Tanda dari ibu atau ayahkah yang dipakai untuk menunjukkan bahwa anda lebih baik patuh ?”Mereka terbiasa menyebut nama lengkapku.” “Ayah mendekatiku.” “Ibu menatapku, dan aku tahu lebih baik melakukannya.” Inilah jenis tanda-tanda yang dapat dipertimbangkan. Seperti apakah interaksi dalam keluarga anda sekarang ? Jika anda bisa melihat pola yang anda dan anak-anak kembangkan, apa yang anda lihat?

Langkah 2: Hilangkan Tanda-Tanda Yang Negatif

Bagi banyak orang tua, kemarahan adalah Batas Tindakan yang utama. Ayah atau Ibu marah, anak-anak beranjak.suara meninggi atau pandangan marah menyampaikan pesan bahwa tindakan akan segera dilakukan. Namun, kemarahan bisa menjadi emosi yang menghancurkan, sehingga bukannya menjadi lebih baik, justru merusak ikatan keluarga. Membiarkan kemarahan memotivasi Batas Tindakan Anda adalah solusi jamgka jangka pendek. Namun, kemarahan juga tidak selalu buruk. Ketika Anda marah karena anak-anak tidak patuh, kami menyarankan agar Anda memakai kemarahan itu sebagai tanda untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Batas Tindakan belum cukup ketat. Anda membiarkan situasi berkembang,dan akhirnya kemarahan memotivasi Anda untuk bertindak. Kemarahan baik untuk mengidentifikasi masalah,tetapi tidak baik untuk mengatasinya.

Langkah 3 :Jelaskan Batas Tindakan Anda yang Baru Kepada Anak-Anak

Langkah berikutnya adalah menjelaskan kebiasaan baru kepada anak-anak. Batas tindakan akan menguatkan aturan permainan antara orang tua dan anak. Jika Anda mencoba mengubah Batas tindakan tanpa ada penjelasan,anak-anak bisa terluka dan sakit hati. Meskipun Anda tak pernah mengklarifikasi sebelumnya, Andalah yang telah mengajarkan anak-anak menanggapi dengan cara demikian.

Seperti dalam ilustrasi sebelumnya, ketika Marlene perlu menjelaskan batas tindakan barunya kepada Danny, Anda harus melakukan hal yang sama. Setelah menikah, Anda dan pasangan Anda pun harus sejalan melakukan hal ini. Jika ibu berusaha keras mengajarkan kepada anak kapan harus patuh ,ini akan sedikit mengubah tanggapan mereka kepada ayah. Ayah juga harus berupaya membiasakan tanda-tanda Batas Tindakannya kepada anak-anak dan tanggapan yang diharapkan.

Langkah 4:Berlatihlah Menaggapi Ketidakpatuhan Lebih Cepat

Batas Tindakan yang ketat artinya Anda memberi perintah,kadang disertai tanda-tanda,lalu segera bertindak. Jangan memberi perintah,lalu memberi peringatan, peringatan, peringatan, peringatan, peringatan, peringatan, dan akhirnya meledak. Anak-anak tahu kaitan pola ini. Seperti permainan, mereka tahu cara memainkannya dengan lebih baik ketimbang anda.

Jika anda ingin anak-anak berdisiplin dan menanggapi perintah, anda harus mendisiplinkan diri dan mengetatkan Batas Tindakan anda. Belajar menanggapi ketidakpatuhan dengan cepat memerlukan latihan dari anda dan anak anda. Latihan itu penting. Berilah anak kesempatan untuk patuh dengan mempelajari Batas Tindakan yang baru. Berlatihlah di tempat dan pada waktu anda bisa menjalankan seluruh proses. Jika Anda sudah cukup berlatih di taman dan di rumah, anak-anak juga akan menanggapi dengan tepat di tempat yang sulit. Anak-anak perlu melihat perubahannya dan dengan rela mereka akan mempertahankannya.

Langkah 5:Terapkan Batas Tindakan Anda Secara Rutin dan Konsisten

Jangan melonggarkan Batas Tindakan yang ketat di depan banyak orang. Telepon bisa menjadi indicator bagi anak anda bahkan aturan main kadang tidak berlaku. Solusi dalam keadaan seperti ini, tentu saja, adalah dengan mengajari anak-anak bahwa latihan kepatuhan lebih penting daripada tampak manis di depan orang banyak dan lebih berharga dibandingkan meneruskan pembicaraan di telpon.

Langkah 6:Lontarkan Pujian Secara Tulus

Dalam menerapkan Batas Tindakan, ingat bahwa Batas Tindakan yang ketat bisa berjalan dengan cara yang positif pula. Pujian spontan atas hasil yang bai sangat memotivasi. Pakailah kalimat pendek seperti,”Kamu menjadi sangat patuh” dan “Ibu senang pada cara kamu belajar patuh”. Pujian diperlukan untuk membangun sifat yang baik

Menerapkan Batas Tindakan dalam Situasi Khusus

Remaja

Konsep Batas Tindakan juga sangat penting bagi para remaja. Seiring dengan bertambah besarnya anak-anak, disiplin berubah. Para remaja sedang berada dalam periode dasar untuk memilih nilai-nilai dan menerapkannya dalam hidup. Oleh sebab itu, para remaja sering memerlukan lebih banyak dialog dan lebih sedikit tuntutan. Batas Tindakan yang ketat berguna bagi remaja yang tak bisa memegang janji, malas, atau tidak bertanggung jawab. Batas Tindakan yang ketat membantu para remaja untuk berkembang lebih cepat dan mengatasi kelemahan yang menghalangi kesuksesan mereka.

Orangtua yang Hidup Terpisah

Orangtua tunggal sering frustasi dengan kenyataan bahwa orangtua yang lain mengajarkan disiplin yang berbeda. “Aku berhasil membuat putriku bersikap baik sepanjang hari, tapi ketika ayahnya datang, semuanya menjadi kacau.”) Idealnya, yang terbaik adalah mendisiplinkan anak-anak dengan menerapkan cara yang sama oleh kedua orangtua. Jika ini tidak memungkinkan, usaha ekstra keras perlu anada lakukan untuk menumbuhkan pola didik yang benar berkaitan dengan anak-anak. Jika dituduh galak atau kaku, anda bisa berkata,”Ibu harus memilih cara berkomunikasi dengan kalian, dan ibu memilih cara seperti ini karena Ibu tahu apa yang akan membuat kalian berhasil dalam hidup. Ibu mencoba mengajarkan kepatuhan karena dengan belajar untuk patuh, kalian belajar banyak hal yang akan membuat kalian jadi orang sukses. Ibu menegakkan disiplin bukan hanya karena kalian membuat Ibu jengkel atau agar tugas terselesaikan. Ibu mendisiplinkan kalian karena ingin kalian memiliki karakter yang nantinya akan kalian perlukan disaat dewasa.”

Membantu Anak-anak agar Patuh kepada Orang lain

Setelah anak-anak belajar mematuhi anda, sediakan waktu untuk mengajari mereka cara mematuhi orang lain. Perintah anda telah menjadi tanda yang jelas bahwa anda serius, dan anak-anak paham tentang hal itu. Begitu anda berhasil menciptakan Batas Tindakan yang ketat di rumah, anak-anak akan dapat mentransfer apa yang telah mereka pelajari ke tempat lain.

Bab 2

Menjadikan Setiap

Kesempatan Mendisilpinkan Bermanfaat

Marlene menceritakan kejadian tadi pagi bersama anak-anaknya kepada Bridget, tetangganya. “Jenifer sangat lambat di pagi hari dan belum siap saat bus jemputan hamper datang. Tadi pagi ia meninggalkan kamar dalam keadaan berantakan dan tempat tidurnya juga belum dirapikan.”

“Sekarang setiap kali Bill dan aku mendisilpinkan anak-anak, kami memutuskan untuk membuat semacam kesimpulan yang kami sebut sebagai Kesimpulan Posituf.” Bridget mulai menceritakan pengalamannya. “Kami mengajukan tiga pertanyaan dan memberi satu pernyataan.”

“Yang pertama adalah,’Apa kesalahanmu?’ Kami ingin yakin bahwa anak-anak mengerti kenapa mereka harus berdisiplin. Pertanyaan kedua adalah,’Mengapa itu salah?,dan pertanyaan ketiga adalah,’Lain kali apa yang akan kau lakukan? Aku mengajukan pertanyaan ini karena aku ingin anak-anakku memikirkan cara yang lebih baik dalam mengatasi masalah mereka.

“Intinya adalah, kita mencoba membantu mereka belajar tentang kedisiplinan dan menyelesaikannya dengan cara positif yang memulihkan hubungan kami. Beberapa macam kesimpulan seperti ini pasti akan membantu perasaanku lebih baik.”

“Ada satu lagi. Bil dan aku menutup diskusi dengan pernyataan ini : ‘Bagus, kamu tahu yang baik,lain kali lakukanlah.” Pernyataan ini memberi pesan kepada anak-anak bahwa kami percaya kepada mereka dan menginginkan mereka terus mencoba. “Kesimpulan Positif tidak menggantikan kedisilpinan, tetapi menyelesaikan masalah dengan cara yang positif. Kamu masih harus menegur anak-anak dan mungkin memberi konsekuensi, tetapi Kesimpulan Positif akan membantu mengklarifikasi masalah dan memperkuat ikatan.

Siangnya dengan antusias Marlene mengawasi putrinya yang sedang berjalan dari halte bus. “Jenifer ibu mau bicara,” katanya begitu Jenifer masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di sofa, lalu Marlene mengajukan tiga pertayaan dan satu pernyataan. Jenifer pun mengukui keselahannya dan akan melakukan apa yang sudah menjadi tugasnya.

Marlene merasakan gelombang kedamaian. Ia tidak yakin apakah disebabkan oleh senyuman Jenifer atau pandangan matanya, tetapi Kesimpulan Positif sepertinya menyegarkan udara.

Menggunakan Alat Bantu2: Kesimpulan Positif Menjadikan Setiap Waktu Disiplin Yang Membangun

Kadang-kadang orang tua yakin bahwa begitu mereka memberikan konsekuensi kepada anak-anak, selesailah tugas mereka. Mereka telah melakukan kewajiban dan memenuhi tanggung jawab. Sayangnya emosi sering tetap ada. Disiplin belumlah lengkap sebelum hubungan positif antara orang tua dan anak-anak pulih.

Kesimpulan Positif adalah diskusi dengananak-anak setelah mereka tidak patuh. Diskusi ini adalah Tanya jawab untuk mengklarifikasi masalah, membicarakan tanggapan yang lebih baik, serta memulihkan kedekatan hubungan dengan anak-anak. Saat-saat seperti itu membuat proses disiplin sebagai suatu pengalaman belajar ketimbang sebuah hukuman negatif.

Mengadakan diskusi seperti ini perlu waktu, tetapi sangat efektif dalam membantu anak-anak untuk mengatasi berbagai kelemahan mereka. Anak-anak dapat belajar berpikir dengan benar tentang kesalahan dan mengelola kemarahan secara konstruktif. Kesimpulan Positif mengajarkan cara bijaksana dalam berpikir dan cara belajar dari pengalaman. Ketika anak-anak menjalankan Kesimpulan Positif, mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka dan belajar menjadi pelaku perubahan ketimbang menjadi korban perilaku atau kesalahan orang lain.

Dengan menggunakan Kesimpulan Positif, orang tua dapat membantu anak-anak mengembangkan rencana ketika nantinya mereka menghadapi masalah atau godaan yang sama. Cara ini dapat menyediakan suatu kerangka kerja yang membantu anak-anak berpikir secara benar tentang kesalahan, dosa, dan kemarahan.

Alasan Mengapa Kesimpulan Positif Diperlukan

Anak-anak sering tidak memahami mengapa mereka menerima konsekuensi atau apa sesungguhnya salah mereka. Agar koreksi tersebut ada manfaatnya, mereka perlu memahami setiap pelanggaran, serta merasakan cinta yang tulus dan penerimaan dari orang tua mereka.

Kiat Membantu Anak-anak (dan Orang Dewasa) Memberikan Tanggapan dengan Tepat Setelah Terjadi Suatu Pelanggaran

Meskipun beberapa anak menanggapi disiplin dengan baik, banyak yang kemudian menjadi pengkritik atau menyalahkan diri sendiri. Pengkritik selalu dapat menemukan orang lain ynag menjadi penyebab masalah. Anak-anak ini dapat melihat semua factor penyebab masalah kecuali diri mereka sendiri.

Anak-anak perlu belajar memikirkan pelanggaran dengan cara pandang yang benar. Menyalahkan diri sendiri adlah tanggapan yang buruk. Namun,masalahnya tidak hanya ada pada mereka. Kemarahan orang tua bisa juga tetap bersarang dalam benak mereka. Misalnya, orang tua yang lebih memilih menghukum seseorang anak dengan menjaga jarak. Ini tidak perlu dan tidak membantu. Manfaat sebenarnya akan muncul jika orangtua dan anak berbicara bersama, dan disiplin dilengkapi dengan Kesimpulan Positif.

Membedakan Antara Hukuman dan Disiplin

Kesimpulan Positif dapat mengklarifikasi perbedaan antara hukuman dan disiplin. Hukuman berfokus pada kesalahan masa lalu dan disiplin berfokus pada perilaku baik yang akan datang. Hukuman sering termotivasi oleh rasa marah: disiplin termotivasi oleh cinta. Kesimpulan Positif mengubah hal-hal yang tadinya merupakan hukuman menjadi pengalaman belajr yang membangun.

Cara Membuat Kesimpulan Positif Berhasil

Dalam pengembangan awal masa kanak-kanak (usia 2-8 tahun) sruktur tiga pertanyaan dan sebuah pernyataan memberi anak-anak pola yang membantu setiap kali mereka sedang didisiplinkan. Meskipun pada awalnya anak-anak tidak mampu menanggapi dengan tepat, tetap ada gunanya memulai pola ini ketika mereka masih kecil.

Kesimpulan Positif bukanlah waktu untuk mengintrogasi, melainkan dialog diman anda dan anak-anak dapat mengekspresikan cinta, rasa maaf, dan penerimaan kembali. Sedikit pemahaman yang lebih mendalam atas tiga pertanyaan dan satu pernyataan akan menunjukan manfaat yang diberikan oleh setiap pihak dalam menggunakan waktu mendisiplinkan demi menciptakan pengalaman belajar yang konstruktif.

Pertanyaan Pertama:Menslimulasi Pengakuan

Kesimpulan Positif memfasilitasi proses pembelajaran, dan pertanyaan pertama,”Apa kesalahanmu?” membantu anak-anak bertanggung jawab dan siap berubah. Namun yang terpenting langkag pertama untuk berubah adlah dengan mengakui adanya kesalahan. Pertanyaan ini juga memberi anak-anak pola yang sehat untuk digunakan seiring perkembangan mereka.

Kadang anak-anak mengaku tidak tahu apa kesalahannya. Jika mereka sungguh-sungguh tidak tahu,boleh sajamenunjukkan kepada mereka. Namun sebaliknya jika mereka hanya mencoba lari dari tanggung jawab, ada gunanya beri mereka waktu menyendiri sampai mereka siap untuk memahami dan mengakui bahwa mereka ikut bertanggung jawab.

Kadang anak berkata, “Aku tidak sengaja,” atau “Aku Cuma bercanda,” untuk menghindari tanggung jawab. Alasan ini mengasumsikan bahwa orang yang tidak sengaja menyakiti orang lain, tidak berbuat kesalahan. Jadi, penting sekali bagi anak-anak untuk menyadari dan mengakui perbuatan salah mereka.

Pengakuan dosa adalah masalah rohani. Kita tidak hanya perlu mengaku dosa kepada Tuhan tetapi kita diminta saling mengaku dosa kepada sesama. Dalam suatu hubungan, hal ini sangat penting. Banyak orang dewasa masa kini bisa memulihkan hubungan mereka jika mereka bersedia mengakui kesalahannya. Mengaku dosa baik bagi semua tingkat usia.

Pertanyaan Kedua: Menemukan Masalah yang Sebenarnya

Pertanyaan Kedua, “Mengapa itu salah?” langsungmengarah pada masalah hati nurani. Dengan menggunakannya, Anda dapat menunjuk sifat-sifat negative seperti kesombongan, rasa marah, dan tidak menghargai.

Pada awalnya, sebagian besar anak sulit memahami mengapa tindakan mereka salah. Pertanyaan ini memberi kesempatan Anda mendidik dengan lembut. Pertanyaan “mengapa” dan jawabannya memberi kita kesempatan untuk mendidik anak-anak tentang kemungkinan munculnya hasil yang tak diharapkan dari suatu pilihan yang keliru. Kitab Amsal mengajarkan bahwa kita harus menjadai sumber hikmat dan mampu menilai dengan tepat. Kita harus mengajarkan bahwa kenaifan dan ketidakmatangan akan membuat orang melakukan tindakan bodoh. Suatu tindakan dianggap bodoh ketika tidak bisa mengantisipasi hasil yang buruk. Kita bisa memakai waktu mendisiplinkan untuk mendidik anak-anak agar dapat mengantisipasi konsekuensi tindakan mereka.

Pertanyaan Ketiga: Merencanakan untuk Lain Kali

Pertanyaan ketiga membantu mengklarifikasi apa yang seharusnya dilakukan. Pertanyaan, “Apa yang harus kamu lakukan lain kali?” akan terfokus pada cara yang lebih baikuntuk menanggapi. Orang tua yang bijaksana akan memakai pertanyaan ini sebagai latihan. Ketika menerapkan kesimpulan positif kepada anak-anak, banyak orang tua merasa bahwa ada manfaatnya untuk tidak buru-buru mengajukan pertanyaan ini kepada mereka dan mengevaluasi tindakan tepat apa yang harus diambil.

Banyak masalah yang dihadapi anak-anak merupakan kebiasaaan dan hal ini memberi kita banyak peluang untuk mendisiplinkan. Kesimpulan positif membantu anak-anak berubah karena bersifat interaktif dan melibatkan anak-anak dalam proses perbaikan. Tak cuma belajar rendah hati, mereka juga mempelajari solusi yang dapat dipakai lain waktu. Situasi disiplin yang berulang-ulang ini menyebabkan anak-anak menanggapi secara tepat berulang-ulang hingga meningkatkan hasil.

Suatu hari putra saya (Joanne) yang berusia 8 tahun, David, sedang bermain di sekitar rumah. Ia pergi ke taman di sekitar situ yang sangat luas dan tanpa penjagaan orang dewasa. Ed dan saya sudah memberi batasan tertentu kepada anak-anak dimana mereka harus berhenti, dan biasanya kami tidak menemui masalah. Namun hari itu, David melanggar batas dan sampai ke tepi danau. Saya tahu ia melakukannya karena setelah kembali ia bercerita tentang seekor ular dan kulit ular tua. Saya kecewa, lalu David dan saya mengadakan pembicaraan serius tentang masalah ini, dan saya mengingatkan tentang batas-batas. David mendengarkan dan minta maaf.

Kami membahas apa kesalahanya dan mengapa itu salah. Saya memakai pertanyaan “Mengapa salah?” untuk mendidik. Saya menyampaikan masalah kepercayaan, bagaiman saya ingin mempercayainya, seperti apa kepercayaan itu, dan dan tindakan apa yang mencerminkan bahwa ia bisa dipercaya. Kami membicarakan tentang kehormatan karena mendapat kepercayaan dan pembatasan yang diperlukan untuk anak yang tak dapat dipercaya.

David mulai menangis. Ini bukan tangisan anak yang marah karena dihukum, tetapi tangis penyesalan seorang anak yang sangat menyesal telah melakukan kesalahan. Ia memahami maknanya dan hatinya tersentuh. Saya ingin ia mempelajari pentingnya mematuhi aturan walaupun tak ada orang yang mengawasi.

Pernyataan Diakhiri dengan Penegasan

Akhirnya, selalu diakhiri dengan penegasan yang membangun. Pernyataan yang membantu seperti “Baiklah, maju terus dan coba lagi” mempunyai arti “ Aku percaya padamu. Memang kamu berbuat salah dan kadang-kadang kamu bahkan melakukannya dengan sengaja. Akan ada konsekuensinya, tapi kita bisa bicarakan dan belajar bersama.” Setiap orang berbuat salah dan melakukan kekeliruan, maka tanggapan yang terbaik adalah menghentikannya, merenungkannya dan mencoba lagi. Anak-anak bisa mendapatkan pemulihan dan rekonsiliasi setelah Kesimpulan Positif. Konflik yang tak terselesaikan akan menghambat akal sehat. Seorang anak akan mendapat kesempatan mengatakan, “Aku salah, maafkan aku,” lalu merasa telah dimaafkan.

Megulangi Kesimpulan Positif

Banyak orang tua menjadi frustasi dengan kesimpulan posif karena anak-anak mereka terus maju tanpa perubahan hati. Jika ini terjadi pada Anda, mungkin Anda harus memakai konsekuensi lain untuk memotivasi rasa sesal pada anak Anda. Katakanlah anak Anda mulai menyiksa kucing lagi, Anda boleh berkata,”Bobby, itu kasar. Ibu ingin kamu duduk dan merenungkan beberapa menit. Ketika Bobby kembali, katakanlah, “Baik, apa kesalahanmu?”

“Aku menyiksa kucing.”

“Benar . mengapa itu salah?

“Karena itu tidak baik.”

“Ya, dan apa yang harus kamu lakukan lain kali?”

“Menyayanginya.”

“Bagus. Cobalah untuk menyayanginya.” Bobby pergi bermain kucing dan Anda kembali bekerja. Solusi untuk masalah kebiasaan adalah jangan memberi konsekuensi yang berat. Alih-alih pakailah banyak kesmpatan sederhanauntuk mendapatkan kesimpulan positif dengan anak Anda. Jika Anda selalu mengakhiri waktu mendisiplinkan dengan suatu kesimpulan positif, Anda menjernihkan suasana dan memperbaharui hubungan. Semua orang akan merasa lebih baik. Larak dan kemarahan akan hilang karena Anda telah menyelesaikan masalah. Anak-anak jangan dibiarkan pergi dengan beban konflik yang belum terselesaikan atau kekecewaan kepada orangtuanya.

Tip untuk Usia Tertentu

Balita, belum dapat menjawab tiga pertanyaan , tetapi Anda dapat menerapkan sedini mungkin. Jika anak balita memukul Anda, Anda bisa berkata,”jangan memukul,” lalu berhenti sejenak. Pendekatan sederhana seperti ini menjadi awal kesimpulan positif dan mempersiapkan anak-anak kecil pada pendekatan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan mereka.

Remaja,mungkin akan menolak penggunaan tiga pertanyaan dan satu pernyataan karena bagi mereka tampak kekanak-kanakan. Jadi, kesimpulan positif mungkin dapat diarahkan lebih pada sebuah diskusi yang terfokus pada maksud yang sama.

Orang dewasa kadang menghukum diri dengan mengatakan “Aku tak pernah bertindak dengan benar”. Pemikiran semacam ini sama tidak produktifnya seperti menyalahkan, beralasan, atau memaklumi kesalahan. Kita semua akan menemukan manfaat dengan menanyai tiga pertanyaan dan satu pernyataan. Memproses persoalan dengan cara seperti ini memberi kita kebebasan untuk membuat kesalahan, belajar dari kesalahan itu, dan kemudian meraih kesuksesan.

Lanjutkan kebiasaaan kesimpulan positif karena itulah yang harus dilakukan, dan tetaplah mencari cara untuk menyentuh hati anak-anak Anda. Karena kesimpulan positif mempersiapkan jalan bagi anak untuk mendapat pemulihan dan rekonsiliasi.

Bab 3

Membantu Anak-anak Membuat Perubahan Permanen

Crig duduk di ruang makan sambil membereskan laporan untuk rapat Senin pagi. Menyiapkan laporan selama akhir pekan bisa membuatnya lega. Marlene mencari-cari dari balik komputernya dan mengeluh. “Danny,” panggilnya, “sudah waktunya kamu mandi. Airnya sudah siap.” Dani pura-pura tidak dengar.

Craig duduk di sebelahnya. “Hal ini mengingatkan aku pada khotbah Pendeta Dave pagi tadi tentang pentingnya penyesalan dan perubahan hati.” Dani harus merasa menyesal dan mengunah sikap hatinya, bukan hanya tingkah lakunya.”

Dalam Alkitab dikatakan mereka mengasingkan orang yang melakukan dosa agar menyesal. Mengasingkan anak kita dari keluarga kelihatannya agak ekstrim bukan?” Craig tertawa. “Aku tidak mengatkan begitu, tapi Danny harus merasa menyesal dan mengubah sikap hatinya, bukan hanya tingkah lakunya.”

Menggunakan Alat Bantu 3: Waktu Merenung Membantu Anak- anak Mengubah Hati Mereka, Bukan Hanya Sikap Mereka

Alkitab mengajarkan bahwa maksud Tuhan adalah hati. Orangtua yang bijaksana mengamati perilaku anak pada taraf yang lebih mendalam, yaitu sikap dan motivasi anak. Tujuan disiplin bukan hanya membantu anak bersikap baik, tetapi juga mengarahkan mereka menjadi manusia yang diinginkan Tuhan. Tuhan tidak hanya menginginkan mereka, dan kita untuk melakukan hal yang baik, Ia ingin kita semua menjadi orang baik. Banyak orang tua berusaha keras membantu anak-anak mengubah penampilan luar. Mereka berfokus pada perilaku, sehingga keluarga mereka tampak baik di mata public. Tanpa disadari, orang tua seperti ini mendidik anak-anak “menjaga penampilan”, mahir untuk tampil baik, bersih dan rapi. Namun, ketika anak-anak bertumbuh besar, dan mulai menunjukkan adanya masalah perasaaan yang terpendam, orangtua mereka sangat menderita. Ketika kita memperhatikan masalah hati anak-anak dalam mendisiplin, mereka jarang melakukan perubahan yang permanen.

Mengapa Menggunakan Waktu Merenung?

Anda mungkin merasa sia-sia mencoba mendidik seorang anak yang tidak memiliki rasa menyesal atau anak yang selalu memiliki emosi negatif. Sesungguhnya dialog dalam suasana tegang sering memburuk keadaan, alih-alih memperbaiki. Jadi, waktu merenung adalah cara bagus untuk menghadapi banyak perbaikan harian yang perlukan anak-anak, bahkan bisa menjadi cara utama untuk mendisiplinkan dalan sebuah keluarga. Dengan latihan, waktu merenung akan memberikan anak-anak pendekatan yang matang untuk memusatkan perhatian pada masalah hati.

Mungkin ini saat yang tepat untuk menambahkan bahwa kami tidak menyarankan orangtua untuk selalu menggunakan waktu merenung sebagai pengganti sanksi. Waktu meenung bahkan bisa dikombinasikan dengan metode disiplin lainnya. Namun, perlu dikatakan disini bahwa memberi sanksi lalu meninggalkan anak tidaklah cukup. Beberapa anak bisa melakukan perubahan hati dan sikap sekaligus, tapi biasanya anka-anak perlu bantuan untuk mencerna masalah hati. Waktu merenung menyiapkan anak untuk menerima koreksi, memahami sanksi dari kesalahan, dan bersedia berubah.

Cara Menerapkan Waktu Merenung

1. Segeralah Memulai Waktu Merenung Setelah Terjadi Pelanggaran

Ketika menerapkan waktu merenung, segera pindahkan anak dari situasi atau aktivitas setelah pelanggaran.

2. Tetap Tenang

Emosi orangtua saat mendisiplinkan dapat berubah menjadi adu argument. Sangat penting untuk tetap tenang dan rasional ketika menjalankan proses. Ini membuat anak terfokus pada pelanggarannya, bukan kemarahan orangtua.

3. Sebutkan Pelanggaran dan Petunjuknya

Klarifikasi kepada anak Anda mengapa ia harus merenung. Misalnya, memukul bukan cara untuk mengatasi persoalan. Ibu tidak suka sikap seperti itu. Duduklah di lorong dan merenung.

4. Pilih Tempat Merenung Yang Tepat

Tempat terbaik untuk merenung adalah tempat yang jauh dari segala aktivitas dan stimulasi. Tempat tidak sepenting waktu yang disisihkan untuk mengubah hati. Beberapa orangtua menyuruh anak-anak masuk kamar. Tempat merenung boleh diubah tergantung pada situasi unik Anda, tetapi konsepnya tetap sama, anak dikirim untuk sebuah misi yakni mengubah hatinya.

5. Abaikan Protes, Alasan, dan Kemarahan

Beberapa anak menolak untuk merenung dan menentang orangtua untuk bertengkar. Seorang anak yang marah ingin ditemani dan mengajak orangtuanya bertengkar. Hindari terlibat dalam perdebatan.

6. Jangan Menerima Jawaban “Tidak”

Jika anak kecil menolak untuk merenung, peganglah tangannya, genggamlah dengan lembut, lalu katakana, “Kamu harus patuh.” Anda mungkin harus memangkunya selama waktu merenung untuk mengajarkan kebiasaaan baru ini

7. Jangan Berbicara Kepada Anak ynag Sedang Merenung

Ketika seorang anak kembali dari saat merenung, Anda bisa membahas tentang masalah dan solusi yang berbeda. namun, jika anak sedang merenung, jangan ajak mereka berdialog. Tujuan anak merenung adalah untuk mengubah hati.

8. Sediakan Cukup Waktu Untuk Merenung

Anak disuruh kembali saat mereka sudah tenang dan sudah siap untuk membahas masala. Waktu merenung membiarkan anak, dibawah pengarahan orangtua, memutuskan kapanakan kembali. Lamanya waktu yang dipilih anak untuk merenung sifatnya fleksibel, tergantung kebutuhan. Dalam situasi seperti ini, tujuan dari merenung hanyalah membiarkan anak tenang dan kemudian kembali kepada orang tuanya untuk dididik.

Ingatlah tujuannya

Tidak mengherankan bahwa anak-anak yang sedih menanggapi dengan sikap buruk ketika diminta merenung. Menghentakkan kaki atau membanting pintu adalah cara menentang waktu merenung. Jika sikapnya tetap keras kepala, Anda bisa memperpanjang waktunya. Selang beberapa lama, anak-anak akan paham bahwa waktu merenung bukan sebuah pilihan, melainkan rangkaian tindakan yang diperlukan. Ingatlah bahwa tujuannya adalah untuk membantu anak-anak mengubah hati. Waktu merenung adalah salah satu metode untuk mencapai tujuan tersebut.

Bagaimana Anak-anak Mengubah Hati?

Perubahan hati secara menyeluruh memerlukan waktu sepanjang hidup, tetapi Tuhan sering memakai perubahan kecil sehari-hari untuk mencapai hasil yang lebih baik. Perubahan kecil dalam berpikir dan bersikap memberi sumbangan seumur hidup pada kehidupan iman.

Anak-anak mungkin tidak paham apa yang terjadi, tetapi dengan berlatih mereka bisa membuat perubahan yang menyentuh hati. Perubahan yang menyentuh hati ini, atau penyesalan, bagi anak-anak melibatkan beberapa langkah:

1. Berhenti berbuat kesalahan, menenangkan diri, dan mau membicarakan masalahnya.

2. Mengakui kesalahan kepada Tuhan dan kepada orang yang dinakali.

3. Mau berubah.

4. Berjanji melakukan hal yang baik.

Idealnya, dua langkah penyesalan lain akan mengikuti:

5. Merasa menderita karena berbuat salah.

6. Punya keinginan untuk melakukan yang baik.

Namun, dua langkah penyesalan yang terakhir ini melibatkan anugerah Tuhan dalm hati seorang anak. Hanya Tuhan yang mampu mengubah keinginan dan motivasi dalam diri secara sempurna. Bagaimanapun anak-anak dapat melakukan sejumlah hal untuk membiarkan tangan Tuhan bekerja. Mereka bisa mengubah pola pikir, nilai, dan sikap. Mereka bisa merenungkan diri dan mengakui bahwa mereka telah membuat kesalahan.

Roh Kudus adalah factor kunci yang mengubah hati seorang anak. Dengan berkarya melalui akal budiseorang anak, Roh Kudus dapat membuat gebrakan penting pada sikap dan motivasi anak. Waktu Merenung memperlambat proses disiplin dan memberi kesempatan kepada Tuhan untuk lebih berkarya dalam kehidupan anak.

Waktu merenung adalah cara efektif untuk memotivasi perubahan hati pada anak. Biasanya diperlukan beberapa waktu untuk membiasakan ritinitas ini. Berusahalah sekuat tenaga, maka Anda akan terbiasa dalam tahun-tahun mendatang. Seiring berjalannya waktu, anak Anda akan tumbuh menjadi orang yang bisa menghasilkan tangggapan yang dewasa demi perbaikan.

Bab 4

Mengomunikasikan Nilai-nilai Sehingga Anak Mau Mendengarkan

Alas lemari yang sangat keras membuat Craig merasa sakit ketika berbaring di bawah bak cuci di dapur. Ia menggeserkan tubuhnya beberapa senti agar dapat melihat pipa yang bocor dengan lebih jelas.

Danny mendobrak pintu. “Jenifer tak mau berhenti menyemprot aku!”

Craig mengerutkan dahi sambil meletakkan kunci inggrisnya, beringsut keluar dari kolong lemari, dan menuju pintu belakang. “Jenifer! Berhenti menyemprot adikmu!”

“Ia yang memulai,” katanya, masih memegang selang air.

“Biarkan ia sendiri, dan carilah kegiatan lain.”

Craig menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku tak pernah bisa menghentikan keributan seperti ini, pikirnya. Mengapa mereka saling mengganggu? Aku terus menerus menyuruh mereka berhenti ini dan itu. Aku berharap mereka lebih menghargai satu sama lain dan menunjukkan sikap yang sedikit lebih baik.

Menggunakan Alat Bantu 4: Peraturan Keluarga yang Diterapkan Secara Konsisten, Mengajarkan Nilai dan Prinsip

Setiap keluarga perlu peraturan. Tentu saja peraturan yang berlebihan bisa menghambat atau bahkan menghapus kehangatan di rumah. Namun, begitu banyak keluarga telah terjebak pada hal ini yang lebih ekstrem, yaitu mencoba menghapus peraturan bersama. Keadaan ini sering menghasilkan pengharapan yang membingungkan, kemarahan, dan kekecewaan. Peraturan adalah nilai-nilai yang diwujudkan dalam tindakan.

Keterkaitan Antara Peraturan dan Nilai

Hubungan antara peraturan dan nilai sangat penting sehingga akan bermanfaat untuk secara rutin memastikan bahwa

Ø Peraturan Anda didasarkan pada nilai-nilai yang hendak Anda ajarkan,

Ø Nilai-nilai Anda dijabarkan secara jelas dalam peraturan-peraturan,

Ø Secara teratur Anda mengkomunikasikan hubungan antara peraturan dan nilai-nilai.

Peraturan yang Baik adalah Penjabaran Atas Nilai dan Prinsip

Peraturan yang baik menunjukkan kepada anak-anak seperti apa nilai yang dianut keluarga dan masyarakat, bagaimana menerapkannya ke dalam praktik, dan mengapa hal-hal itu berkaitan. Peraturan seperti itu menggambarkan sesuatu dalam hidup sehingga orang tahu apa yang diharapkan dan bagaimana menjalankannya. Sebuah keluarga mengajarkan cara yang hampir sama untuk menerapkan etika di meja makan.

Menekankan Nilai Membuat Peraturan Menjadi Hidup

Tertekan yang secara misterius muncul di pintu kamar anak yang berkata jujur dalam situasi sulit. Penekanan nilai kejujuran membuat peraturan jadi nyata bagi kami dan terarah dengan jelas pada problem yang kami hadapi.

Mengembangkan dan Menggunakan Peraturan dengan Tepat

Peraturan, sebuah sarana yang mengajarkan nilai-nilai dan prinsip, kadang berlebihan atau salah tempat. Misalnya, beberapa orang tua sangat menekankan etika di meja makan sehingga mereka kehilangan peluang kehangatan keluarga selama waktu makan. Ketika mengembangkan peraturan dalam kehidupan keluarga, gunakan hal itu sebagai sarana mendidik, bukan kesempatan untuk memarahi atau mengkritik. Kadang-kadang orang tua memaksakan peraturan tanpa tahu mengapa peraturan itu harus ada. Mungkin peraturan itu cocok ketika mereka masih anak-anak, tetapi sekarang tidak lagi.

Mengeksplorasi Nilai dan Prinsip Dasar

Tuhan tahu bahwa tersembunyi dalam ajaran ini, prinsip sukses anak yang diperlukan sepanjang hidup mereka. Ajaran Tuhan selalu berisi nilai-nilai! Kadang nilai ini begitu jelas, lain kali tidak.

Tiga Nilai “ Awal”

Ada gunanya menyederhanakan nilai semaksimal mungkin bagi anak-anak. Anda mungkin ingin mulai menekankan tiga nilai dasar dalam kehidupan keluarga, nilai yang menghasilkan batu loncatan dalam mengajarkan lebih banyak nilai di masa depan dan menjadi dasar sebagian besar nilai :

v Kepatuhan

v Penghargaan

v Kebaikan

Tanggap pada Otoritas

Sebagai orang tua, Anda tak berhasil dalam proses mendisiplinkan jika Anda memanggil anak tapi ia lari menjauh. Jadi, tanggap terhadap orang yang menyuruh adalah nilai kunci yang hendak Anda ajarkan kepada anak kecil. Peraturan yang membantu untuk mendidik hal ini adalah “Datanglah ketika dipanggil”. Peraturan ini mempersiapkan pola komunikasi positif disaat anak dewasa, dan mengajarkan sikap tanggap kepada orang yang menyuruh. Anak-anak segala usia perlu belajar nilai ni mulai dari rumah.

Disiplin Diri

Disiplin diri adalah kunci kesuksesan, jadi akan semakin baik jika anak belajar nilai ini sejak dini. Anak-anak dapat belajar disiplin di rumah melalui sejumlah peraturan. Waktu tidur mengajarkan kepada anak bahwa mereka harus tidur tepat waktu meskipun tidak mengantuk. Berlatih piano, merapikan kamar tidur, dan menyelesaikan pekerjaan rumah setiap hari dapat mendidik anak untuk disiplin.

Batas-batas Pribadi

Menetapkan peraturan “ Berhenti “juga penting, karena dapat mengurangi pertengkaran antarsaudara. Peraturan Berhenti mengajarkan kepada anak-anak nilai dari perkataan mereka. Peraturan ini memungkinkan anak-anak membatasi perilaku orang lain terghadap dirinya.

Ingatlah juga bahwa batas seperti ini tidak akan berguna jika tidak ada tempat untuk meminta bantuan. Anak-anak yang percaya bahwa ada orang lain yang telah melanggar batas mereka, harus punya tempat untuk berlindung. Jadi, penting sekali bagi Anda untuk siap membantu anak menerapkan peraturan Berhenti dengan tepat dan mendukung mereka jika orang lain tidak mau berhenti.

Menciptakan Peraturan Bersama Anak Remaja

Bukan rahasia lagi bahwa peraturan biasanya menyebabkan masalah pada anak remaja. Cara pikir mereka sudah berbeda ketimbang semasa kecil. Mereka lebih sering ke luar rumah, sering berada dalam situasi yang baru, dan sering membuat keputusan yang kompleks. Untuk mengatasi hal seperti ini Anda dan anak harus mengevaluasi peraturan baru.

Ketika Orangtua Tidak Sepakat Dalam Membuat Peraturan

Ketika orangtua tidak sepakat pada suatu peratuaran, biasanya karena mereka menekankan nilai-nilai yang berbeda. orangtua yang lebih lunak biasanya lebih menekankan pada sebuah hubungan, sedangkan yang lebih tegas menghargai gaya hidupynag disipin dan teratur. Jika Anda berada dalam situasi seperti ini maka yang harus Anda lakukan adalah membantu orangtua satunya untuk memahami peraturan Anda dan mengapa hal itu penting. Pastikan untuk menemukan alasan-alasan yang mendasari peraturan tersebut.

Bab 5

Mengatasi Kemarahan pada Anak-anak

Dengan buku petunjuk di satu tangan dan pemantik api di tangan lainnya, Craig memutar tombol untuk berkemah. Keluarganya sudah menantikan acara berkemah ini selama berminggu-minggu, tetapi ia sudah lupa bagaimana menyiapkan acara perkemahan. Aku senang kami akan bersama-sama dengan keluarga lainnya. Pasti akan lebih seru. Craig berhenti untuk melihat anaknya bermain dengan dua teman kecilnya di pojok pepohonan.

Menggunakan alat bantu 5: Rencana untuk Mengatasi Kemarahan Dapat Membuat Hubungan Tetap Terbuka

Sebagian keluarga tidak punya rencana untuk mengatasi rasa marah. Mereka terbiasa membicarakannya, berharap segala sesuatunya membaik. Namun, ketika tidak berhasil mengatasi kemarahan, mereka hanya mencoba untuk mencoba dari awal lagi.

Menanggapi Kemarahan Secara Serius

Para orangtua perlu memahami rasa marah dan mengembangkan strategi mengatasinya dalam kehidupan keluarga. Beberapa dari kita yang takut anak-anak marah, berjaln mondar-mandir sambil khawatir menginjak bom yang membuat emosi anak mereka meledak. Untuk menghindari tanggapan berupa rasa khawatir, marilah kita mencari cara untuk mengatasi rasa marah secara konstruktif. Selain itu, kita punya hak istimewa dan tanggung jawab untuk mengarahkan perubahan yang harus diambil dalam keluarga.

Kemarahan Tidak selalu salah

Sebelum sungguh-sungguh terlibat ke dalam manajemen kemarahan secara spesifik, kita perlu mengenali hal ini : kemarahan tidak selalu salah, tapi selalu berbahaya. Kemarahan seperti lampau tanda bahaya pada dasbor. Berkedip-kedip untuk mengindikasikan kemungkinan, meskipun tidak selalu, adanya kesalahan. Marah belum tentu salah, tetapi berbahaya jika tidak diarahkan dengan tepat.

Manfaat dari Rencana Pengendalian Kemarahan

Kemarahan seperti virus. Menular. Melumpuhkan. Menurunkan produktivitas dan kedamaian. Menurunkan kemampuan kita untuk menikmati hidup. Namun obatnya ada dan semakin muda pasiennya, semakin mudah penyembuhannya.

Rasa marah dapat dibagi kedalam empat kategori: frustasi, kemarahan, kegeraman, dan kepahitan. Keempat istilah ini menggambarkan apa yang dialami orang ketika rasa marah terasa tak bisa dikendalikan. Agar secara efektif menuju sasaran, Anda perlu suatu rencana untuk mengatasinya. Ada lima langkah penting untuk membantu anak-anak mengatasi kemarahan secara positif.

Langkah 1: Identifikasi Tanda-tanda yang mengidentifikasi bahwa anak-anak mulai marah

Berikut ini adalah tanda-tanda umum seorang anak yang mengindikasikan mereka mulai marah:

· Mereka tegang dan mengertakkan gigi.

· Intensitas perilaku mereka meningkat.

· Mereka mulai menangis atau merasa ingin menangis.

· Nada suara mereka berubah merengek atau kasar.

· Mereka menjadi gelisah, manarik diri.

· Mereka mulai berbicara terus, sering dengan intensitas yang tinggi.

· Mereka melotot atau menunjukkan ekspresi wajah yang aneh.

Sediakan waktu untuk mencatat tanda-tanda yang ditunjukkan setiap anak ketika marah. Tugas Anda adalah membantu anak mengenali perasaan marah mereka dan mengidentifikasi tindakan positif tertentu yang harus diambil sebelum rasa marah semakin mendalam. Anak-anak sering tidak menyadari rasa marah. Mereka sering bertindak tanpa menyadari apa yang sedang terjadi. Langkah pertama ini membantu anak-anak untuk lebih bisa memperhatikan perasaan mereka dan lebih dapat mengendalikannya.

Langkah 2 : Mundur sejenak ketika mulai marah

Salah satu cara paling sehat untuk menanggapi kemarahan pada setiap tahap adalah “melangkah mundur”. Cara ini memberi waktu kepada anak (dan orangtua) untuk mengakui bahwa rasa marah mulai timbul, memikirkan kembali situasinya, menenangkan diri, lalu menentukan langkah selanjutnya.

Ketika anak-anak hilang kendali diri untuk mengatasi rasa marah, mereka perlu kendali dari orangtua untuk membantu. Ketika Anda menyuruh untuk Merenung, ia mulai merengek. Teknik manipulative ini dirancang untuk memancing Anda. Mintalah anak untuk menenangkan diri. Anak-anak harus mempelajari tahap ini agar dapat menanggapi rasa marah dengan baik, dan mungkin juga memerlukan ketegasan Anda dalam mendidik.

Langkah 3 : Pilihlah tanggapan yang lebih baik ketimbang marah

Sambil melangkah mundur, anak dapat memilih tanggapan yang kebih tepat untuk situasi yang mereka hadapi. Begitu anak melihat efek kemarahan mereka terhadap orang lain, mereka dapat mulai melihat pentingnya pengendalian diri. Orang tua harus mengajarkan alternative lain kepada anak-anak dan menyederhanakan pilihan yang dibuat, sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lebih mudah. Berikut ini ada tiga pilihan sehat dan positif yang bisa dimulai oleh anak-anak:

· Bicarakan masalahnya. Membicarakan masalah dapat membantu memecahkan persoalan tanpa mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakitkan.

· Carilah bantuan. Alternative kedua, bisa meminta bantuan pihak ketiga untuk memberi konsultasi, nasihat, dan pertolongan demi mengatasi keadaan tanpa rasa marah.

· Tenangkan diri dan jangan menyerah. Kadang-kadang anak yang marah dapat memilih alternative ketiga: mengambil napas dan menabahkan hati. Cara ini akan membantu menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan persoalan lain.

Langkah 4 : Kendaliakan rasa geram, jangan diumbar

Bila kemarahan anak-anak berkembang melampaui batas frustasi dan amarah yang bisa dikendalikan, mereka menjadi murka. Kegeraman adalah kemarahan yang tak terkendali. Igantlah selalu bahwa butuh waktu untuk mengendalikan kemarahan. Anda sedang mencoba mengurangi frekuensi dan itensitas episode kemarahan. Frekuensi berkaitan dengan seringnya anak maarah. Intensitas berhubungan dengan besarnya kemarahan yang dilampiaskan anak dalam situasi tertentu. Mengurangi kedua hal itu sangat penting.

Langkah 5 : Pilihlah mengampuni, bukan kepahitan

Kepahitan adalah kemarahan yang berhubungan dengan penderitaan di masa lalu, yaitu kumpulan serangkaian kenangan yang menyakitkan sehingga sewaktu-waktu bisa meledakan amarah. Jangan abaikan kepahitan. Kemarahan yang tidak diatasi bisa berakibat lebih buruk. Anak-anak memerlukan suatu rencana untuk mengatasi pelanggaran yang terus menerus terjadi. Solusi kepahitan adalah denga mengampuni.

Mengampuni adalah tanggapan menyentuh hati yang dapat meredakan kemarahan, bukan melupakan kesalahan. Kadang anak-anak tak mau mengampuni karena mereka pikir mereka harus melupakan kesalahan yang terjadi atau mengabaikan luka yang diakibatkannya. Dalam tindakan mengampuni, kesalahan tetap diakui tetapi kita memilih untuk membuang keinginan balas dendam, dan mengakui bahwa hanya Tuhan yang bisa mengadili.

Mengampuni berarti membuang dan maju terus, tidak mengungkit-ungkit kesalahn orang lain lagi. Mengampuni adalah tanggapan yang matang dan sehat. Begitu anak-anak mengerti bagaimana rasanya mengampuni, kepahitan dapat diganti dengan konfrontasi yang sehat. Anak-anak harus belajar mengampuni dan mengetahui cara mengosongkan tangki kemarahan setiap harinya

Bab 6

Mendisiplinkan Secara Konsisten Meskipun Anda Lelah

Marlene menghirup teh dan duduk di sofa sambil membawa buku. Baru saja ia membalik halaman pertama, terdengar suara kaki diseret. Matanya menangkap Danny sedang tangannya mengintip di sudut ruangan. Marlene melirik jam, lalu menghela napas, “Sekarang sudang jam sembilan malam. Tidurlah lagi, Danny.”

“Aku mau minum.”

“Minumlah, lalu tidur lagi.”

Dalam perjalanan dari dapur, Danny berhenti di pintu. “Ibu sedang apa?”

“Ibu sedang membaca. Kamu harus tidur.”

Danny gelisah. “Aku nggak ngantuk.”

“Badanmu bisa lemas kalau kamu tidak tidur. Lagipula besok kamu harus bangun pagi.”

“Tapi aku nggak bisa tidur.”

Marlene sudah terlalu lelah untuk berdebat. “Baiklah. Kamu boleh duduk bersama ibu beberapa menit. Lalu kamu harus tidur, setuju?

“Oke. “Danny tersenyum dan melonpat ke sofa.

Sebenarnya Marlene tidak ingin Danny masih bangun, tapi ia sudah tidak punya tenaga untuk mengangkatnya kembali ke tempat tidur. Kelihatannya hal seperti ini akan terjadi setiap malam.

Menggunakan Alat Bantu 6: Filosofi Disiplin Yang Jelas Membantu Anda Bertahan dan Tetap Konsisten

Disiplin yang tidak konsisten terjadi ketika orangtua merasa terbeban berat atau terlalu lelah. Seperti yang dipelajari Craig dan Marlene, kita memerlukan suatu pegangan ketika kita lelah, tidak bersemangat, berbeban berat, atau hanya terlalu sibuk mencari nafkah. Beberapa dari kita sangat lemah lunglai bahkan dalam hidup sehari-hari karena kita tidak memahami apa tugas orangtua. Namun, begitu kita mengerti dan menerapkan filosofi disiplin yang jelas, kita bisa mengubah kecenderungan untuk kehabisan tenaga dan memperkuatkan keluarga. Untuk menjadi motivator bagi kita, filosofi ini mengutamakan kasih, Ketekunan dan konsistensi dalam disiplin adalah kerja keras dan sering tidak nyaman.

Prinsip 1 : Berfokuslah pada tujuan

Anda mungkin nenetapkan sejumlah tujuan bagi anak-anak selamaini, tetapi tugas utama anak Anda adalah belajar bersikap patuh dan hormat. Ada banyak hal Yang dapat mengalihkan kita. Sikap hormat dan patuh tidak muncul dengan sendirinya, tetapi harus dilatih. Kitalah para gurunya. Setiap tindakan menentang dan tidak patuh yang dilakukan anak-anak kita adalah peluang besar untuk mengajarkan kualitas karakter yang vital.

Anak-anak Anda akan diperkaya bila mereka belajar bersikap patuh dan hormat. Tetaplah berfokus pada tujuan ini, maka Anda akan mendisiplinkan dengan lebih konsisten.

Prinsip 2 : Bertahanlah dalam penderitaan

Jangan terkejut menghadapi penolakan. Poin itu tampak jelas. Namun,Anda akan termotivasi untuk tetap tekun, jika mengingat Anda mendisiplinkan demi manfaat jangka panjang seperti pembentukan karakter anak-anak. Jangan terkejut atau putus asa karena menerima tanggapan yang negative. Berusahalah mendidik anak untuk menghargai teguran, tetapi jangan biarkan tanggapan mereka yang kurang membuat anda putus asa. Anak-anak menanggapi disiplin dengan negative tetapi itu bukan alasan untuk berhenti. Mendidik anak-anak untuk menanggapi disiplin dengan baik memang perlu waktu.

Prinsip 3 : Carilah cara untuk menjadikannya positif

Disiplin dapat bekerja dengan cara yang sama. “Para Ayah”, tulis rasul Paulus, “janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”(Efesus 6 :4). Bagian pertama ayat ini menggambarkan cara negative saat berhubungan dengan anak-anak. Menyakiti memberi kesan kasar dan menyebabkan keputusasaan. Kita seharusnya tidak mendisiplinkan anak-anak hanya untuk menghilangkan sikap buruknya. Tugas kita adalah melatih anak-anak dan menunjukkan arah positif yang harus ditempuh. Sampaikan peraturan dan perintah dengan cara yang positif sesering mungkin.

Prinsip 4 : Berpikir jangka panjang

Latihan yang teratur menghasilkan manfaat jangka panjang. Demikian pula, penting sekali bagi anda untuk berpikir jangka panjang saat mendisiplinkan anak. Anda membentuk karakter anak Tuhan yang akan menghasilkan dasar perkembangan rohani. Ketika anda mendidik anak untuk bersikap patuh, menunjukkan sikap hormat dan menghargai, penuh kasih, baik hati, dan lain sebagainya, anda sedang meletakkan dasar tanggapan jangka panjang kepada Tuhan.

Kembangkan Filosofi Disiplin Anda yang Fleksibel

Memiliki filosofi disiplin yang jelas akan memotivasi anda untuk tetap tekun dan konsisten, khususnya ketika anda lelah atau telah mengatasi begitu banyak persoalan, dan kembali dihadapkan pada tantangan lain. Beberapa disiplin dapat berahsil dengan baik saat diterapkan pada seorang anak, tetapi belum tentu berhasil bagi yang lain. Mungkin anda merasa gagal karena anak anda telah menimbulkan persoalan yang agak sulit. Jika ya, ketahuilah bahwa anda tidak sendiri! Saya tidak pernah lupa mendidik anak untuk bekerja keras, menghasilkan uang dan menabung.

Ambilah manfaat dari tipe pengasuhan yang berbeda

Cara orangtua mendisiplinkan didasarkan pada nilai-nilai mereka dan apa yang ingin mereka tekankan dalam setiap kesempatan. Sebenarnya anak-anak bisa memetik manfaat atas keyakinan kedua orang tuanya. Perbedaan cara mendisiplinkan antara ibu dan ayah dapat membantu anak mengembangkan perspektif yang seimbang.

Bab 7

Mendidik Anak-anak untuk Belajar dari Kehidupan

Marlene sedang menikmati kisah tentang bagaimana tangan Tuhan bekerja yang diceritakan oleh Linda.

Jenifer masuk ke dalam ruangan. “Ibu, aku lapar.”

Marlene menghela nafas. “Jenifer, ibu akan menyiapakan makan beberapa menit lagi.” Ia menatap Linda. “Lebih baik aku membuat makanan kecil dulu.

“Punya anak sepertinya menuntut banyak waktu dan perhatianmu.” Linda tersenyum.

“Pasti.” Marlene menarik napas panjang. “Dua anak itu selalu membawa begitu banyak masalah.“Aku pikir kita telah menemukan alat bantu yang lain.”

Menggunakan Alat Bantu 7: Orangtua yang Bertindak Menjadi Konsultan atau Pembimbing Memungkinkan Anak-anak Belajar Dari Kehidupan

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman mengajarkan berbagai keterampilan seperti cara naik sepeda, cara menemukan sepatu yang hilang,dsb. Namun, kadang-kadang tidak mudah untuk menemukan pelajaran dari pengalaman, khususnya pengalaman yang menimbulkan tantangan atau luka.

Tingkat frustasi perlu sekali dipantau ketika anak-anak dibiarkan mengatasi persoalan sendiri. Sedikit rasa putus asa, yang diatasi dengan ketekunan, dapat membentuk kebulatan tekad. Namun, rasa frustasi yang terlalu besar bisa menyebabkan keputusasaan. Melatih anak-anak untuk mengatasi persoalan memerlukan kesabaran dan kepekaan.

Tantangan untuk membantu anak-anak mengatasi masalahnya sendirisangat kompleks, karena sesungguhnya sebagai orangtua kitaa tidak ingin menunjukkkan sikap tidak peduli. Dengan menyuruh anak mengatasi persoalannya sendiri, kita bisa melihat tidak peka. Jadi, carilah cara yang dapat tetap membiarkan anak-anak memecahkan persoalan merekasendiri, tetapi juga masih menunjukkan rasa sayang kita. Anak-anak akan memperoleh rasa percaya diri yang lebih besar jika mereka dapat mengatasi persoalan mereka sendiri dan menganggap kita sebagai konsultan dan pembimbing.

Ajukan Pertanyaan Terbuka

Perangkat utama dalam membantu anak-anak mengatasi persoalan mereka sendiri adalah dengan mengajukan pertanyaan yang mempunyai jawaban terbuka. Misalnya “Ada apa?”, “Seperti apa?”, “Apa yang akan kamu lakukan?”. Pertanyaan yang terbuka membantu anak-anak mempelajari proses pemecahan masalah, memberi tanggung jawab atas masalah tersebut, serta membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan matang.

Langkah-langkah menggunakan pertanyaan terbuka

v Langkah 1 :Lakukan diskusi

Frustasi dapat menjadi tanda yang memberitahu Anda bahwa kesempatan yang baik untuk belajar ada di depan mata. Setiap anak mengatasi frustasi secara berbeda. seorang anak yang frustasi mungkin akan mendatangi orangtuanya sambil membawa masalah tersebut. Ketika rasa frustasi muncul, berhati-hatilah agar Anda tidak cenderung mengkhotbahi. Diskusi terarah kerap kali lebih produktif.

v Langkah 2 : Ungkapan Empati yang tulus

Jika Anda mengabaikan langkah ini, anak-anak dapat menanggapi pertanyaan terbuka Anda secara buruk. Jangan memberi pertanyaan retorik yang membingungkan. Empati memberi Anda tiket untuk mendidik dan melakukan pengamatan dikemudian hari. Jika anak-anak merasa dipahami, mereka akan memiliki kemauan lebih besar untuk mendiskusikan solusi dan mendengarkan hal-hal yang Anda katakan.

v Langkah 3 : Mintalah izin untuk memberi alternative

Jika Anda tidak tahu bagaiman cara mengatasi masalah tertentu, Anda mungkin ingin menawarkan saran. Jika Anda merasa itu masalahnya kembalilah ke langkah 2 dan ungkapankan empati. Sesungguhnya peran Anda dalam situasi khusus ini hanyalah menemani dan memberi perhatian.Cobalah mempertimbangkan apakah anak Anda sudah siap mendengar solusi yang mungkin dilakukan. Meminta izin adalah cara yang baik untuk melakukannya.

v Langkah 4 : Tuliskan beberapa alternatif

Dengan mendiskusikan setiap alternatif bersama-sama, anak Anda akan terbiasa mengantisipasi setiap konsekuensi. Proses pemecahan masalah yang baik membantu sang pelaku mengetahui adanya solusi yang memungkinkan. Sesungguhnya, semua ide ini memungkinkan anak-anak untuk belajar dari pengalaman, yaitu mengajarkan mereka tentang kehidupan.

v Langkah 5 : Biarkan anda memilih jalan keluar

Setelah Anda memberi pandangan, biarkan anak Anda membuat pilihan. Sebisa mungkin, hindari memecahkan masalah untuk anak-anak supaya mereka bisa mengatasinya sendiri.

v Langkah 6 : Ketahui bahwa kadang-kadang solusi yang baik sulit dipahami

Kadang kala semua solusi yang memungkinkan terlihat suram, dan anak-anak mungkin tidak menyukai keadaan ini. Dalam kasus seperti ini, Anda mamiliki kesempatan lain untuk mendidik.

Cara menggunakan konsekuensi alami dengan efektif

Ketika konsekuensi alami terjadi, tanggapan kita dapat mempengaruhi seberapa besar anak-anak bisa belajar atas situasi yang terjadi. Berikut ini adalah empat langkah yang dapat membantu anda menerapkan konsekuensi alami secar lebih efektif.

Ø Langkah 1 : Berikan lebih sedikit perintah dan peringatan

Konsekuensi alami bisa bekerja maksimal jika orangtua mampu untuk tetap tenang dan tidak ikut campur, serta membiarkan pengalaman hidup menjadi guru.

Ø Langkah 2 : Komunikasikan empati yang tulus ketika konsekuensi alami terjadi.

Ketika anak anda mulai mengalami konsekuensi alami, ungkapkan empati. Empati menimbulkan hubungan yang positif.

Ø Langkah 3 : Hindari menyelamatkan atau menyalahkan

Menyelamatkan anak dapat memberi pelajaran yang berharga mengenai kasih sayang orangtua dan ketulusan, tapi itu bukan pilihan satu-satunya.

Ø Langkah 4 : Diskusikan akibat dari konsekuensi selama masa pembelajaran

Hindari munculnya argumentasi. Jika anda dapat membiarkan pembicaraan berkembang dengan sebuah observasi yang bisa dipertimbangkan oleh anak.

Ketika konsekuensi alami tidak digunakan

Konsekuensi alami bisa berguna dan efektif, tetapi tidak selalu cocok dan bahkan mungkin berbahaya. Konsekuensi harus dihentikan ketika barang-barang berharga terancam rusak., anak terluka atau melukai orangn lain, atau munculnya rasa frustasi yang taj semestinya sehingga bisa menimbulkan rasa putus asa.

Konsekuensi Logis

Berbeda dengan konsekuensi alami, konsekuensi logis mengizinkan anak-anak untuk belajar dari dunia sesungguhnya melalui konsekuensi yang terstimulasi. Pakailah ini unuk menggantikan konsekuensi alami demi mencegah agar tidak ada harta benda yang rusak, orang lain yang terluka, dan / untuk mempercepat proses pembelajaran. Jika konsekuensi alami hanya perlu orangtua yang “menyingkir dari tengah jalan”, konsekuensi logis sering memerlukan perhatian dan persiapan perencanaan. Ketika memilih konsekuensi logis, pertama tanyakan kepada diri sendiri, Apa yang akhirnya akan terjadi, jika sikap seperti ini terus berlanjut ?

Bukan rahasia lagi bahwa membimbing anak selama proses pendewasaan memerlukan ketekunan yang besar dari pihak anda. Bertahanlah. Teruslah menjalankan disiplin secara konsisten.

Bab 8

Pendekatan untuk masalah yang telah mengakar

Kita dapat mengukur kemajuan sifat dengan mengamati perilaku. Perilaku yang kita lihat adalah refleksi dari apa yang ada dalam hati anak-anak. Definisi ini memberitahu anak tentang hal-hal spesifik yang harus dilakukan dalam mengembangkan sifat baik.

Menggunakan alat bantu 8 : Membentuk Rencana Pengembangan Karakter yang Berpusat kepada Tuhan

Dengan mendoakan anak-anak, beberapa hal bisa terjadi. Pertama, Tuhan berkarya secara langsung dalam hati anak-anak sebagai jawaban atas doa-doa anda. Selain itu, doa anda juga meningkatkan kesadaran bahwa karya Tuhan ada di dalam hati anak-anak. Anda akan melihat, beberapa karya Tuhan akan disemaikan dalam diri anak-anak dan dilakukan olehNya melalui anda. Jika anda mendoakan mereka secara teratur, anda akan lebih peka terhadap masalah dan peluang yang anda hadapi sehari-hari, sehingga mampu membuat perbedaan besar dalam kehidupan anak-anak.

Pergunakan pendekatan sistematis untuk melatih karakter

Dengan bertindak seperti seorang dokter yang mengikuti perencanaan enam langkah yang serupa , untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta menyusun strategi perubahan perilaku yang positif dan pembentukan karakter setiap anak. Enam langkah tersebut :

Ø Observasi

Ø Diagnosis

Ø Solusi

Ø Pengobatan

Ø Motivasi

Ø Pelaksanaan

Langkah 1 : Observasi-Kenali masalah

Mulailah proses ini dengan menyediakan waktu untuk mengidentifikasi dan menulis perilaku buruk yang perlu diubah. Perilaku semacam itu adalah gejala dari lemahnya karakter.

Langkah 2 : Diagnosis-sebutkan karakter yang lemah

Cobalah menentukan akar masalah yang mengakibatkan sikap buruk itu. Carilah kurangnya karakter yang baik. Carilah juga kebiasaan masa lalu yang membuat anda frustasi pada setiap hati anak, tempat akar masalah berada. Kadang-kadang ketika anda mengevaluasi masalah perilaku, ada gunanya mendefinisikan ciri negative sebagai sifat positif yang salah penggunaan. Karakter yang baik dapat dipakai untuk mengadaptasi hal ekstrem dan menunjukkan suatu sisi negative.

Langkah 3 :Solusi-sebutkan dan definisikan setiap solusi

Kadang-kadang sejumlah kualitas karakter akan membantu anak anda di bidang tertentu, tetapi mulailah memperbaiki satu karakter dahulu. Berhati-berhatilah untk tidak mencoba mengubah terlalu banyak dan terlalu cepat.( Beberapa anak mampu menangani dua program pembentukan karakter dalam waktu bersamaan, tapi hanya sedikit yang bisa mengatasinya tanpa beban.)

Langkah 4 : Pemulihan-sediakan perintah untuk menerapkan solusi

Begitu anda menentukan kualitas karakter positif pertama yang anda ingin anak anda kembangkan, kembalilah pada daftar perilaku negative lalu identifikasikanlah satu karakter yang brkaitan. Anda sepertinya akan punya lebih dari satu kelompok sikap negative yang akan dituju. Dengan daftar gejala negative di satu sisi lembar kertas, ciptakan daftar baru yang mengidentifikasi bagaimana kualitas karakter positif dapat terungkap. Perilaku positif dan spesifik mana yang dapat membantu mendefinisikan kualitas karakter dan menggantikan tindakan negative ?

Langkah 5 : Motivasi-inspirasi perubahan

Menentukan perilaku yang baik tidaklah cukup. Tujuan akhir kita adalah membantu setiap anak membuat keputusan yang benar. Mengembangkan kualitas karakter yang baru termasuk juga menghilangkan kebiasaan lama. Setiap orang seharusnya berempati pada anak yang mencoba menghilangkan suatu kebiasaan, karena itu tidak mudah.

Langkah 6 : Pelaksanan-lanjutkan menerapkan solusi

Karakter terbentuk selam bertahun-tahun. Jangan mengharapkan perubahan besar pada anak-anak dalam semalam. Banyak langkah kecil yang lebih realistis dan efektif dalam membawa perubahan abadi ketimbang suatu langkah besar. Lanjutkan berkonsentrasi pada sebuah kualitas karakter tertentu selama periode tertentu agar membawa hasil yang diinginkan pada setiap anak.

Tiga faktor yang harus diingat

Jika anda merasa putus asa, pertimbangkan ketiga hal ini.

Pertama, ingatlah bahwa anda sedang merekam kaset di kepala anak. Untuk memahami ide merekam kaset ini, pikirkan mengenai beberapa hal yang orangtua anda ajarkan.

Kedua, seringlah berdoa untuk anak-anak anda. Berdoalah agar Tuhan memakai kata-kata dan tindakan anda untuk membuat perubahan positif dan abadi dalam hidup mereka. Tuhan berkarya dalam jangka panjang. Dia sedang dalam proses mengubah orang dan membentuk hati para pengikutnya.

Ketiga, jika anda sering menjumpai penolakan dari anak anda, pikirkan aktivitas dan hubungan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar